“Apa yang ada di depan saya, itu guru besar saya”, demikian Pak Paiman (70) mengawali kisah pergulatannya sebagai petani ‘utun’ (tulen) yang berpandangan maju. Dia telah merintis berdiri dan bekerjanya Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di lereng Barat Gunung Lawu. Tepatnya di Desa Pereng, Kecamatan Mojogedang, Karang Anyar, Jateng, Pak Paiman mengoragisir kelompoknya, Rukun Makaryo, memimpin P3A sebagai lembaga yang turut menopang keberlangsungan usaha tani mereka.
Jebolan Sekolah Rakyat (SR) kelas-6 ini telah menggeluti dunia pertanian sejak 1950. Belajar secara otodidak soal tanah, pertanian dan tanaman, dengan cara ‘niteni’ apa yang dilihat dan dikerjakan sehari-hari, Pak Paiman telah menjadi teladan dan mampu meggerakkan komunitasnya untuk mandiri, mengatasi berbagai persoalan yang diahapi, meskipun pada awalnya sempat dicemooh banyak orang karena terobosannya dianggap ngoyo woro.
Tahun 1997, P3A Dharma Tirta “Sumber Mulyo” dibentuk, guna mengatur distribusi air sungai yang mengalir melintasi sebagian kawasan Karang Anyar untuk menjamin lancarnya pengairan lahan pertanian beberapa desa di Mojogedang. Organisinya terbilang sukses, dan pernah meraih juara I lomba P3A tingkat propinsi Jateng tahun 2008.
Inisiatif utuk memajukan komunitasnya terus dilakukan. Pada tahun 2005, sebuah koperasi kelompok tani “KKT-Tani Makaryo” mereka dirikan. Harapanya, organisasi ekonomi sosial tersebut bisa mengatasi keterbatasan petani akan permodalan dan menjamin pemasaran produk pertaniannya.
Pak Paiman juga terbukti cerdik dalam memanfaatkan potensi komunitasnya, beliau berhasil memanfaatkan modal social ‘gotong-royong’ untuk menggerakkan para petani guna mengatasi persoalan yang sedang dihadapi. “Suwe mijet wohing mranti. Itu mudah sekali, asalkan mau bergotong-royong, semua bisa diselesaikan bersama,” pukasnya ketika ditanya bagaimana cara mengatasi persoalan yang dihadapi. Misalnya, membangun saluran irigasi yang seharusnya menjadi kewajiban pemerintah.
Ketika ditanya perihal sumber keuangan organisasi, “Uang Kas-nya ya tenaga kerja sekitar 500 orang itu,” tegas Pak Paiman. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan opersional kantor KT, yang telah menyita setengah dari luas rumah-nya sendiri, beliau cukupi sendiri. Termasuk biaya penerbitan dua judul buku karya monumentalnya, dan brosur-brosur tentang aktivitas organisasinya, juga dari merogoh koceknya sendiri. Produk ilmiah tersebut, akhirnya juga habis dibagikan gratis kepada berbagai pihak yang kebetulan telah bertemu dengan beliau. Menurutnya secara total bukunya sudah terdistribusi paling tidak 5.500 eksemplar.
Kerusakan lingkungan akibat aplikasi pupuk kimia dan obat pertanian juga tak luput dari perhatiannya. Mulai tahun 2006 beliau mengajak teman-temannya beralih ke sistem pertanian organik. Menolak penggunaan pestisida dan herbisida kimia. Menciptakan pestisida dan fungisida nabati (organik), juga menggunakan pupuk kandang dan kompos untuk menggantikan pupuk kimia. Beras organik pun berhasil mereka produksi, dikemas dengan label khusus, dan dipasarkan dengan harga yang terjangkau.
Pak Paiman juga telah menularkan inovasinya kepada kelompok tani lain. Pelatihan-pelatihan bidang pertanian telah ditawarkan dan digelar. Sertifikat tanda lulus juga diberikan kepada setiap peserta. Itulah kenapa, beliau semakin populer, semakin sering diundang banyak kalangan untuk menjadi pembicara, di universitas dan pergutuan tinggi, serta pertemuan-pertemuan yang mengulas masalah pertanian, di berbagai wilayah Indonesia. “Hanya ke Papua, saya belum pernah diundang,” kisahnya dengan senyum penuh kerendahan hati.
Semangat kemandirian yang dikibarkan Pak Paiman dan kelompoknya telah berhasil menjawab kegagalan pemerintah dalam meningkatkan kehidupan petani kecil.
what a such inspiratiaon!
BalasHapusyang membanggakan, ternyata orang-orang kecil seperti mereka mampu untuk menelurkan sesuatu yang benar-benar bermanfaat.. :)
orang-orang yang kreatif, penuh semangat dan kerja keras yang akan bertahan dalam kehidupan :)
BalasHapusMau mampir dulu nih...ucapin makasih dah mampir ke blognya bang Pendi yang gokil bin sarap..he...he
BalasHapusSalam kenal, selamat siang, selamat beraktivitas & sukses selalu...
Pak Paiman kereeen :D salam kenaal
BalasHapusWuaaaaaaah.... salut buat Pak Paeman, disaat semua sibuk ngurusi arus globalisasi, dia masih tetap teguh berpegang pada komitment.
BalasHapusLohhh... ternyata yang Organic gak selalu mahal To.
BalasHapusAngkat Topi untuk Pak Paiman.
KEEP ON GREEN FOREVER
salam kenal...postingan yang bagus...
BalasHapusrumah saya tak jauh dari Mojogedang...kapan2 saya mau main ke pak Paiman... Thx FYI
~dela: Yang sering tidak bermanfaat dan merepotkan banyak orang memang selalau 'orang besar' kok he he he ..
BalasHapus~Noor's blog: Terima kasih kembali Mas!
~anyin: Salam kenal balik!
~Kang Sugeng: Benar...mungkin bentar lagi Pak Paiman akan mendapat serangan baru dari 'semakin derasnya produk China'...seiring dibukannya pasar bebas mulai 2010 ini...
~Ari: Kalau di supermarket memang cenderung lebih mahal, tapi kalau dari petani langsung, cenderung tidak mahal ... mereka orang-orang ihklas yang bakal masuk Surga he he he ...
~Ayas Tasli Wiguna: Benar Mas, kita yang muda suka gak peduli akan persoalan seperti itu...
~Sekar Lawu: Rencana yang bagus...oiya, benarkah daerah tersebut bagian dari Lereng Barat Gunung Lawu? Terus terang, ada sedikit keraguan perihal 'posisi' tersebut. Trims!
Mampir... slm kenal yaaa... please follow me and I'll follow u 2, tar aq taro link u di Friend's Links aq... tq
BalasHapusPlease visit my blog http://salonoyah.blogspot.com
Inggih ngaturaken SALUT kagem Pak Paiman, terasaken pawucal-pawucalipun, terus berjuang pantang mundur kagem jamin lan nyukupi panganipun masyarkat indonesia ...Amin
BalasHapusSalute tuk Pap Paiman...
BalasHapushehe masih lom mudeng soal "organik"
BalasHapuswah sejak 1950...
BalasHapuspantas saja ilmunya selangit dan kreatif.
SALUT buat pak Paiman, dengan utun dan kerja keras tanpa pamrih beliau, tentu patut dijadikan teladan, mudah mudahan dengan ilmu yang ditularkan, Indonesia bisa menjadi ijo royo-royo kemabali
BalasHapusWow.... seorang inspirator dan motivator :)
BalasHapusSalama untuk beliau yg hebat..
blogwalking...
BalasHapuswah jadi ijo beneran nich disni hehehe,,,
btw, madiunna yg daerah mn ea??
lam kenal dr kediri
P PAIMAN, ORANG2 YG MEMBANGUN.
BalasHapusSEMOGA BAHAGIA HIDUPNYA.
ORANG2 YG MERUSAK, SEMOGA INSAF.
VEGETARIAN MBAK, NGGAK MAKAN DAGING?
sebenar2 tulen
BalasHapusmari bertani organik
selamatkan lingkungan
Gerak dan langkah Pak Paiman dapat menjadi teladan atau contoh bagi petani lainnya dalam mengelola dan menjaga lingkungan serta menaikkan taraf hidupnya.
BalasHapusBanyak program dan kegiatan yang diluncurkan oleh Pemerintah di bidang pertanian. Hambatan dan kendala di lapangan menjadi halangan untuk meraih kesuksesan, seperti kepemilikan lahan yang sempit, ketersediaan air, modal, jaringan irigasi, benih, pupuk, hama & penyakit dan sebagainya.
semangat terus pak paiman,hijaukan bumi kita unutk masa depan generasi bangsa...
BalasHapusSemoga muncul Pak Paiman Pak Paiman yang lain
BalasHapusLeres Bung Lime Mou Heing, Pak Paiman saking Ds. Gunungsari sampun wonten dereng nggih?
BalasHapusNek menurut penemu panjenengan, sinten tiang Gunungsari ingkan kagungan semangat seperti Pak Paiman?!
saya sering kerumah pak Paiman di desa Pereng itu .. orangnya sederhana dan terbuka .. sampun sepuh tapi semangatnya remaja ..
BalasHapuswah hebat banget nih, pak paiman..
BalasHapusmbah paiman....
BalasHapustubuh anlene semangat hi-lo
saat ini saya sedang belajar di tempatnya mBah Paiman... beliau betul-betul sederhana, ramah dan mampu menjungkirbalikkan cara pandang saya akan pertanian selama ini
BalasHapussaya masih ingat beliau saat datang ke stain pklgn dengan almarhum bapak guru joko bibit. dan mash ingat pembicaraan beliau tentang generasi ayam boiler...
BalasHapusingn sekali belajar kesana. smga klak bertemu kmbali mbah.
saya masih ingat beliau saat datang ke stain pklgn dengan almarhum bapak guru joko bibit. dan mash ingat pembicaraan beliau tentang generasi ayam boiler...
BalasHapusingn sekali belajar kesana. smga klak bertemu kmbali mbah.