Jumat, 14 Januari 2011

Sejarah Singkat dan Mengapa Saya Vegetarian

Sedari dulu, terutama ketika sudah mengenyam bangku sekolah, saya lebih tertarik mata pelajaran olah-raga dan kesehatan. Karenanya, ketika bertemu dengan bahan bacaan seperti koran dan majalah, artikel atau tulisan yang bicara tentang kesehatan akan saya sambangi lebih dini. Apalagi kalau waktunya terbatas, praktis hanya jenis informasi seperti itu yang saya nikmati.

Akhir tahun 1998 saya mulai bekerja di sebuah lembaga non-profit di Yogyakarta. Di lembaga itulah saya kemudian berinteraksi dengan seorang teman kerja yang sedari kecil sudah tidak suka daging, tetapi masih toleran terhadap konsumsi bakso dan makanan olahan lain yang masih menggunakan daging sebagai bahan campuran. Sedangkan untuk menu daging murni dia sama sekali tidak bisa memakannya. Saya dan teman-teman kerja menyebutnya sebagai seorang vegetarian, namun dia sendiri mengaku bukan penganut vegetarian.

Selain dia, masih ada seorang teman lagi yang saat itu sudah vegetarian selama tujuh tahun. Akan tetapi dia sudah berhenti menjadi vegetarian, karena alasan khusus yang saat itu tidak disampaikan kepada saya. Namun, dia masih bersemangat untuk menularkan pengetahuannya tentang pilihan hidup yang selama tujuh tahun terakhir dia lakoni dengan penuh dedikasi.

Dua teman baik tersebut rupanya, telah memberikan inspirasi pada saya untuk mencari-cari informasi tentang vegetarianisme. Memang, sebelumnya pengatahuan saya tentang bahasan itu sangatlah minim. Nah, kebetulan pada saat itu lembaga kami mulai menyediakan fasilitas akses internet, meskipun masih sangat terbatas, sehingga kami harus bergantian dalam memanfaatkannya. Kesempatan yang sangat terbatas tersebut saya manfaatkan untuk terus mencari artikel-artikel tentang kesehatan dan vegetarianisme.

Pada perkembangan selajutnya, semakin banyak membaca artikel tentang kesehatan, kesadaran saya terhadap pentingnya gaya hidup sehat semakin menguat. Hingga kira-kira mulai pertengahan 1999, saya mulai mengurangi konsumsi daging, terutama jenis daging yang dianggap sangat berbahaya bagi kesehatan kita jangka panjang. Nah, sejak saat itu saya mulai emoh jenis bahan pangan hewani tertentu, seperti daging yang berwarna merah, jerohan, kulit, sumsum, otak, lemak-lemakan, kuning telur, daging yang dibakar, dst. dan cenderung memilih bahan pangan nabati seperti tahu, tempe, sayur-sayuran dan buah-buahan. Apabila terpaksa harus makan produk pangan hewani saya selalu memilih jenis ayam kampung dan ikan-ikanan sebagai pengganti lauk-pauk. Alasanya, waktu itu banyak ahli kesehatan yang menyebutkan bahwa daging ikan lebih sehat dibandingkan dengan daging lainnya, karena daging ikan dinilai lebih rendah kadar lemak dan kolesterolnya. Jadi, saya mengkonsumsi daging jauh lebih jarang dari tahun-tahun sebelumnya.

Waktu terus berjalan, pengetahuan saya tentang vegetarianisme dan gaya hidup sehat terus bertambah, sedangkan pola konsumsi harian saya juga semakin berubah mengikuti pola baru yang menurut keyakinan saya “lebih sehat”. Saya lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan segar yang berwarna-warni (diet pelangi-red). Konsumsi daging ayam juga mulai saya tinggalkan sama sekali. Masakan ala ikan-ikanan, sesekali saja dan dengan porsi amat terbatas menjadi pilihan saya. Hal itu terjadi, terutama ketika lembaga dimana saya bekerja, sedang menggelar kegiatan-kegiatan di hotel, dimana selalu tersedia beraneka jamuan makan mewah dan gratis. Sehingga cukup memberikan godaan hebat bagi saya yang sedang memulai pola konsumsi baru yang cenderung semi vegetarian atau flexitarian (karena kandang-kadang masih makan daging ikan).

Keteguhan saya untuk terus berlatih menjadi seorang vegetarian semakin kuat. Pilihan menu harian saya semakin mendekati menu vegetarian, meskipun masih mengkonsumsi susu dan putih telur. Konsumsi ikan juga semakin jarang. Ketika ada kesempatan makan bersama di kegiatan-kegiatan atau acara-acara komunitas yang melibatkan jamuan pesta, saya mulai terbiasa dan tidak tergoda lagi untuk mencicipi masakan berbau ikan.

Kira-kira tahun 2003, ketika sedang hang-out bersama komunitas bikers, di komplek kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), secara kebetulan saya melihat ada warung tenda vegetarian yang dikelola oleh Keluarga Vegetarian Maitreya Indonesia (KVMI) cabang Yogyakarta. Warung tiban itu digelar bersama dengan puluhan warung tenda lainnya di jalan-jalan dalam kompleks kampus UGM, tepatnya di depan lapangan Gedung Graha Saba, setiap hari Minggu pagi. Tanpa berfikir panjang saya langsung “andok” di warung istimewa itu. Di sana, saya berkenalan dengan beberapa crew-nya, yang menurut saya sangat santun-santun dan nampak halus pembawaan perilakunya.

Masih ingat betul, saat itu saya dilayani oleh Mas Dondi (dari KVMI). Kesempatan itu kemudian saya manfaatkan untuk berkenalan dan berbincang-bincang tentang vegetarianisme. Dengan segenap pengetahuan dan dedikasinya, Mas Dondi menjelaskan panjang lebar tentang vegetarianisme dan KVMI sebagi sebuah organisasi nasional. Saya juga ditawari publikasi yang diterbitkan oleh KVMI, dan saya membelinya juga, diantaranya “Vegetarian Ok dengan Kwartet Nabati”, “Vegetarian OK 2” keduanya karangan L. Linan, dan “Memuliakan Semua Makhluk” karya Roshi Philip Kapleau, “Apa yang Salah Dengan Makan Daging,” serta sebuah buku saku dan tabloid tentang vegetarianisme.

Pertemuan tak terduga itu dan buku-buku KVMI yang telah saya baca sebagian, semakin memberikan motivasi dan meneguhkan komitmen saya untuk meneruskan jalan hidup yang mulai fokus pada pilihan “Lacto-Ovo-Vegetarian”.

Orientasi

Ada banyak tujuan atau orientasi mengapa seseorang memilih jalan hidup vegetarian. Saya pribadi pada awalnya “emoh” daging karena ingin meningkatkan kualitas kesehatan, sedikit demi sedikit, dilakukan saban hari. Karena itu, gaya hidup vegetarian menjadi alternatif terobosan paling masuk akal, dan mulai tahun 2003 saya bertekat menempuh jalan itu, meskipun saya tidak sedang menderita sakit tertentu.

Jaman terus berkembang, keyakinan saya tentang vegetarianisme semakin tak tergoyahkan. Di luar sana, gaya hidup vegetarian juga terus berkembang dan semakin banyak pengikutnya. Tidak hanya kaun agamawan dan kalangan aktivis pecinta lingkungan, para celebrity dan tokoh-tokoh terkenal dunia juga semakin banyak yang taat pada jalan hidup yang terbilang ideologis itu. Untuk sekedar menyebutkan beberapa contoh penganut vegetarianisme dunia: aktor terkenal Alicia Silverstone, Tobey Maguire (Spiderman), and Barbie Hsu; bintang NBA basketball John Salley; pembawa acara TV Ellen Degeneres; Peraih Nobel Perdamaian dan Ketua UN IPCC Dr. Rajendra Pachauri, anggota kongres USA Dennis Kucinich; jurnalis CNN Jane Velez-Mitchell; penyanyi popular Shania Twain, Paul McCartney, John Lennon, Jason Mraz, dan Moby; Jaksa dan analis hukum CNN Lisa Bloom; penulis terkenal Jonathan Safran Foer; supermodels Petra Nemcova dan Lauren Bush, dan masih ratusan lagi.

Satu dekade terakhir ini, jalan hidup yang dipandang green itu, bahkan disebut-sebut oleh para ahli ekologi bisa menjadi jalan keluar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menyelamatkan bumi dari ancaman global warming, bila dilakukan oleh lebih banyak penduduk di planet bumi ini. Nah, kenyataan itu telah melengkapi dan memperkaya orientasi saya dalam bervegetarian. That’s why, belakangan ini saya lebih termotivasi untuk meneguhkan vegetarianisme dan green life style, sebagai bukti betapa cintanya saya terhadap lingkungan dan keselamatan bumi dari ancaman global warming dan climate change.

Terakhir, saya memang seorang muslim, dan agama saya tidak secara tegas mengajarkan tentang vegetarianisme. Kendati demikian, ajaran agama saya tentang kasih sayang terhadap sesama dan mahkluk lain, serta kebajikan yang harus diejawantahkan terhadap lingkungan alam, menjadikan saya semakin nyaman dengan alasan “ethical” mengenai perilaku vegarian yang saya yakini.***

Note:

Menurut beberapa referensi yang pernah saya baca, gaya hidup vegetarian bisa mencegah berbagai gangguan kesehatan seperti penyakit kanker, penyakit akibat kolesterol, obesitas, osteoporosis, ganguan ketika masa manupouse, serta tidak tertular penyakit dari hewan dan keracunan. Selain itu, ber-vegetarian diyakini banyak ilmuwan bisa memperpanjang kesempatah hidup dengan kualitas kesehatan prima, alias berumur lebih panjang dan dengan kondisi tetap sehat. How do you think, guys?

3 komentar:

  1. salam sukses gan, bagi2 motivasi .,
    Hidup akan menjadi indah jika kita bisa bermanfaat untuk orang lain.
    ditunggu kunjungan baliknya gan .,.

    BalasHapus
  2. apakah saya bisa minta kontaknya ?
    ini email saya mshaypatterson@yahoo.co .id

    BalasHapus
  3. Hai bersediakah menjadi responden skripsi saya tentang pengambilan keputusan menjadi vegetarian ? Ini email saya sharahfebria@gmail.com

    BalasHapus