Kamis, 07 Januari 2010

Mitigasi Sekaligus Konservasi Vegetasi

Kini musim angin ribut datang kembali. Angin kencang yang dalam istilah lokal disebut lessus atau putting beliung, mulai sering melanda beberapa wilayah di Indonesia. Beberapa contoh terkini adalah yang terjadi pada hari Selasa 5 Januari 2010, di Ds. Jomblang, Kec. Takeran, Madiun; Ds. Kerang, Magetan; Ds. Manisrejo, Taman, Kota Madiun, Jawa Timur; dan beberpa desa di Kecamatan Sambong, Blora, Jawa Tengah. Angin musiman tersebut telah menyebabkan puluhan rumah rusak dan banyak pohon besar yang tumbang. Beberap orang juga telah mengalami luka ringan akibat terjangan angin yang membabi buta tersebut (Kompas, 6/1/2010).

Beberapa surat kabar harian nasional terbitan Kamis 7/1/2010 juga menampilkan headlines perihal amukan puting beliung yang menyapu sebagian pulau Jawa dan Bali. Ini semakin menegaskan pentingnya tindakan antisipasi untuk kepentingan mitigasi guna meringankan dampak kerusakan, mengurangi kerugian material, dan mencegah jatuhnya korban jiwa. Salah satunya dengan mengadakan pemangkasan beberapa pohon besar yang ada di dekat pemukiman penduduk. Terutama yang ada di pinggir jalan-jalan besar daerah pemukiman yang padat penduduk seperti di pusat busines perkotaan.

Pemangkasan, bukan penebangan total. Sehingga tidak menghilangkan atau merusak vegetasi yang telah berumur puluhan tahun dan memang sangat diperlukan keberadaannya untuk menopang produksi oksigen dan menyerap polutan udara yang semakin mengusik kenyamanan kehidupan perkotaan dan menggigit kondisi kesehatan masyarakat kebanyakan. Dengan hanya dipangkas, harapannya, vegetasi utamanya tetap hidup sehingga dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama pohon-pohon tersebut akan bersemi dan berkembang kembali memberikan penlindungan kepada masyarakat secara ekologi dan kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan utama pemangkasan adalah untuk mengurangi resiko tumbang dan menimpa bangunan serta menimbulkan kerugian materi dan jiwa penduduk di sekitarnya. Untuk itu perlu pula menghimbau masyarakat untuk selalu waspada, dan memangkas sendiri cabang-cabang pohon besar yang ada di lahannya. Harapannya mereka tetap merawatnya agar populasi vegetasi di lingkungannya tidak berkurang secara signifikan, tatapi justeru ditambah dan dikembangkan demi meningkatkan kwalitas udara dan konservasi lingkungan.

Badan Lingkungan Hidup (BLH) masing-masing daerah harus melakukan pemantauan dan bila perlu pamangkasan terhadap pohon-pohon besar yang ada di ruang publik, di tepi jalan, dekat pasar, pertokoan, pusat-pusat konsentrasi masyarakat, dsb. sehingga bisa mengurangi resiko-resiko yang tidak kita harapkan. Pengetahuan mereka akan konservasi lingkungan dan vegatasi menjadi prasarat untuk menjamin terpeliharanya pohon-pohon tersebut sebagai bagian dari paru-paru kota yang akan menjamin tersediannya supply oksigen untuk daerah masing-masing.

Perlu juga ditumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penanaman pohon baru di pekarangan masing-masing guna meningkatkan populasi vegetasi yang ada di masing-masing wilayah. Sehingga terjadi konservasi mandiri secara masal yang dilakukan dan dikelola oleh masyarakat sendiri. Masyarakat perlu ditingkatkan pengetahuan dan kesadarannya tentang bagaimana mengurangi resiko bila lessus tersebut terjadi, sekaligus didorong dan difasilitasi (dengan menyediakan bibit gratis misalnya) untuk ambil bagian dalam gerakan masal meningkatkan kwalitas udara dan lingkungan hidup dengan penghijauan yang dimulai sejak dini dan dari masing-masing keluarga. Karena keberadaan vegetasi di permukiman pada ketinggian dan jarak tertentu justeru bisa melindungi mereka dari terpaan angin ribut. Sehingga program bersama untuk melakukan konservasi lingkungan hidup bisa dilakukan secara masal, serentak, dan efektif. Perlu diyakinkan pada mereka bahwa gerakan tersebut untuk dirinya sendiri dan lingkungan, yang pada akhirnya untuk seluruh masyarakat dan kelestarian planet bumi.

PLH juga harus siap sedia dan memberikan bantuannya bila masyarakat ingin dibantu dalam memangkas vegetasi yang ada di lahan pekarangannya, sehingga terjadi kerjasama yang sinergis. Mengingat tidak semua masyarakat bisa menangani persoalan seperti itu, selain tidak memiliki alat berat yang bisa memudahkan proses pemangkasan, mereka juga sering kesulitan dalam mengatur pemankasan, karena keterbatasan pegetahuan mereka. Terutama untuk bagian yang kebetulan dekat dengan jaringan listrik dan instalasi kable telepon. Juga untuk keluarga-keluarga yang sudah manula dan janda yang secara fisik mengalami keterbatasan untuk melakukan sendiri pemangkasan. Mengingat urgensi tindakan yang diperlukan.

10 komentar:

  1. Mitigasi Sekaligus Konservasi Vegetasi, haruuuuuuuuuuuuuus.....
    betul...betul...betul....

    BalasHapus
  2. di jakarta juga lagi banyak banget pohon tumbang. kayaknya karena dah tua banget deh tuh pohon2... moga2 aja yang tumbang di ganti nya sama pohon lagi, bukan sama coran untuk bangun gedung baru atau papan iklan....

    BalasHapus
  3. lagi musimnya tuh kayaknya...semarang juga g kalah ketinggalan,pohon bertumbangan di mana"
    pada sapa aku bertanya....?????

    BalasHapus
  4. Kelestarian vegetasi, terutama yang ada di kota-kota dan pemukiman padat penduduk memang harus dijaga dan tingkatkan populasinya sehingga bisa meningkatkan supply O2 dan mengurangi pencemaran udara.

    Kesadaran penduduk dan komitmen pemda/pemkot melalui dinasnya harus ditingkatkan, dengan begitu gerakan bisa berjalan dengan baik dan terjaga keberlanjutannya.

    BalasHapus
  5. indahnya dunia apa bila Kelestarian vegetasi semua lapisan masyarakat menyadarinya

    BalasHapus
  6. semoga musibah segera berakhir.
    sukses selalu n tetap semangat... lam kenal ...

    BalasHapus
  7. salam sobat
    trims kunjungan dan follownya
    saya sudah follow balik yg ngga pakai foto
    dengan nama Hanura damayanti.
    salam kenal.

    BalasHapus
  8. Maaf sobat kalo aku comment disini,

    Salam kenal dari blog milomen, mampir balik ya sekalian sama follow di blogku ^_^

    Blog site: www.milomenz.blogspot.com

    BalasHapus
  9. hal yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya bahwa pohon-pohon tua juga berbahaya jika tidak dihiraukan tata letaknya

    BalasHapus
  10. Nggih leres niku, kagem jagi keslametan sedoyo, kalih njagi lingkungan.

    BalasHapus